Selasa, 06 Oktober 2015

LEGENDA SAWERIGADING, SEJARAH KAPAL PINISI NUSANTARA



LEGENDA SAWERIGADING, SEJARAH KAPAL PINISI NUSANTARA
Sketsa Kapal Pinisi Nusantara
Sejarah nenek moyang Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung begitupun sejarah keberadaan kapal layar Pinisi memang dibalut dengan cerita mitologi. Namun dibalik legenda tersebut tersimpan pengetahuan dan kearifan yang luar biasa. Ternyata nenek moyang kita telah mewariskan khazanah ilmu yang di millennium ketiga  ini kemudian baru dikenal dengan sebutan techno park atau sistem cluster.

Karya epic besar Lontarak I Babad La Lagaligo yang diyakini muncul pada abad ke 14 Masehi ini adalah karya sakral masyarakat Bugis-Makassar. Karya sastra kuno inilah yang memuat cerita legenda tentang mula lahirnya kapal layar Pinisi yang sampai saat ini membuat dunia internasional berdecak kagum.

Dikisahkan dalam Lontarak I La Lagaligo ini bahwa  kapal Pinisi pertamakali dibuat oleh Sawerigading, seorang Putra Mahkota Kerajaan Luwu untuk dipakai berlayar menuju negeri Tiongkok dan hendak meminang seorang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai. Menurut cerita, Saweregading membuat kapal ini dari bahan baku dari pohon Welengreng atau pohon Dewata yang terkenal sangat kokoh dan tidak gampang rapuh.

LEGENDA SAWERIGADING, SEJARAH KAPAL PINISI NUSANTARA
Indahnya Kapal Layar Pinisi
Kisah tentang pelayaran Sawerigading ini pula yang menjadi bagian yang menarik dari cerita tentang jiwa kebaharian suku Bugis-Makassar. Setelah menetap beberapa lama di negeri Tiongkok, Sawerigading mengajak istrinya We Cudai dan anaknya kembali  ke tanah kelahirannya di Kerajaan Luwu. Namun ketika memasuki perairan Luwu, Pinisi yang di nahkodai oleh Saweregading diterjang badai gelombang besar. Kapal Pinisi itupun kemudian pecah terbelah menjadi tiga bagian.

Dari tiga pecahan kapal inilah yang kemudian terseret arus dan kemudian terdampar di tiga tempat yakni Desa Ara, Tana’ Lemo dan Tana’ Beru. Dengan pecahan kapal tersebut, maka masyarakat ke tiga tempat ini kemudian merakitnya kembali menjadi sebuah kapal yang utuh. Orang-orang Ara membuat kembali badan kapal. Sementara orang-orang di tana’ Lemo dan Tana’ Beru menyempurnakan hasil kerja masyarakat Ara. Dan yang terakhir, orang-orang Bira yang merancang tujuh layar yang hingga kini dipakai oleh kapal Pinisi.

LEGENDA SAWERIGADING, SEJARAH KAPAL PINISI NUSANTARA
Mengarungi Samudera Dengan Kapal Pinisi
Dari legenda inilah kemudian terjadi sebuah rangkaian  alur kerja yang cukup unik,  bahkan bisa dikatakan sebagai “benih” dari apa yang disebut dengan istilah techo park dan sistem cluster di abad 21 saat ini. Pada tiga tempat ini, sebuah sistem cluster kemudian terbangun dan menjadi bagian dari model kerja yang sangat mengesankan. Kearifan lokal dan kecerdasan domestik ini mampu menjelaskan bila teknologi dan ilmu pengetahuan dari nenek moyang kita sangatlah maju dan mumpuni. Walaupun semua “rahasia” ilmu-pengetahuan itu sering dibalut dalam sebuah kisah  yang jauh tertanam dalam sebuah legenda.


Penulis: Muh. Yushar M.

Artikel lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar